Cara Membuat Jadwal Otomasi Smart AC Sesuai Suhu Ruangan – Ngatur AC manual itu jadinya tebak-tebakan: kadang kedinginan, kadang gerah, terus tagihan listrik ikut melambung. Dengan otomasi, AC akan menyesuaikan diri berdasarkan suhu nyata di ruangan, plus jadwal yang kamu tentukan (siang vs malam, weekday vs weekend). Hasilnya:
-
Nyaman stabil—nggak kedinginan berlebihan.
-
Lebih hemat—AC hanya kerja saat dibutuhkan.
-
Lebih pintar—bisa gabungin kehadiran penghuni (presence), cuaca, hingga tarif listrik (kalau pakai TOU).
Topik yang akan dibahas:
Konsep Dasar: Set point, hysteresis, dan “deadband”
-
Set point: suhu target yang kamu mau (misal 25°C).
-
Hysteresis/deadband: selisih toleransi agar AC nggak “nyala-mati” terlalu sering.
Misal set point 25°C dengan deadband ±1°C berarti:-
AC nyala kalau suhu naik ke 26°C atau lebih.
-
AC mati/turun daya kalau suhu turun ke 24°C atau kurang.
Pendekatan ini bikin kompresor lebih awet dan konsumsi lebih wajar.
-
Perangkat yang Dibutuhkan
AC pintar vs AC biasa + IR blaster
-
AC pintar (built-in Wi-Fi): langsung terkoneksi ke aplikasi/ekosistem; biasanya punya API/integrasi.
-
AC biasa + IR blaster (smart remote): pakai pemancar infra merah (contoh: Broadlink, SwitchBot Hub, dll.) untuk menirukan remote asli.
Sensor suhu (Zigbee, BLE, Wi-Fi)
-
Zigbee/BLE: hemat baterai, stabil, cocok untuk banyak sensor.
-
Wi-Fi: mudah dipasang, tapi boros baterai; ideal bila sensornya dicolok listrik.
-
Pilih sensor yang akurat, latensi rendah, dan mudah diintegrasikan ke ekosistemmu.
Hub/ekosistem (Home Assistant, Google Home, Alexa, Apple Home, SmartThings)
-
Home Assistant (HA): sangat fleksibel, cocok buat power user.
-
Google Home/Alexa/Apple Home: cepat, antarmuka simpel, cocok buat pemula.
-
SmartThings: jembatan yang oke, apalagi kalau banyak perangkat Samsung/Zigbee.
Memilih Ekosistem Otomasi: Mana yang cocok buat kamu?
-
Mau bebas kustom? Pilih Home Assistant.
-
Mau simpel & cepat? Google Home, Alexa, atau Apple Home cukup.
-
Mau serba gampang khusus AC? Pilih solusi siap pakai: Tado, Sensibo, SwitchBot, Ambi Climate—semuanya punya fitur “climate react”.
Skema Arsitektur Sederhana (gambaran data alir)
Sensor suhu → (update periodik) → Hub/Ekosistem → (logika jadwal + aturan suhu) → Perintah ke AC (via Wi-Fi/IR) → AC menyesuaikan mode/suhu/kipas.
Persiapan: Penempatan & Kalibrasi Sensor Suhu
-
Jauhkan dari hembusan langsung AC & sinar matahari.
-
Posisikan setinggi leher saat duduk (±1–1,2 m) untuk representasi nyaman.
-
Kalibrasi: bandingkan dengan termometer yang dipercaya; gunakan fitur offset bila sensor consistently meleset (misal +0,5°C).
Menentukan Target Suhu & Rentang (siang vs malam)
-
Siang: umumnya 25–26°C agar hemat dan tetap sejuk.
-
Malam: bisa 26–27°C karena tubuh lebih sensitif dingin saat tidur.
-
Tambahkan jadwal: weekday vs weekend; jam tidur; jam rumah kosong.
-
Tentukan deadband: 1–1,5°C untuk kompresor lebih awet.
Metode #1: Home Assistant (paling fleksibel)
Menambahkan perangkat (IR blaster, AC, sensor)
-
Integrasikan IR blaster atau AC Wi-Fi ke HA (Integrations).
-
Tambahkan sensor suhu (Zigbee/BLE/Wi-Fi).
-
Pastikan kamu punya entitas:
-
sensor.ruang_tamu_temperature -
climate.ac_ruang_tamu(atau via IR denganremote.*+ layananclimate.set_temperature/remote.send_command)
-
Membuat entitas “climate” & automations
-
Banyak IR blaster mendukung climate entity (profil AC lengkap). Kalau belum, kamu bisa pakai SmartIR (custom integration) untuk mapping kode IR ke entitas
climate. -
Setelah entitas siap, buat Automation:
-
Trigger: perubahan suhu, waktu, presence.
-
Condition: jam tertentu, orang di rumah, jendela terbuka?
-
Action: set mode Cool/Dry/Off, set suhu, set kipas.
-
Contoh YAML: kontrol berdasarkan suhu + jadwal
Tujuan:
Siang (08:00–18:00): target 25°C, deadband ±1°C.
Malam (18:00–07:59): target 26°C, deadband ±1°C.
Hanya aktif jika ada orang di rumah (group
person).
Catatan:
-
Tambahkan delay minimal 10–15 menit sebelum mengizinkan pergantian status lagi (gunakan
for:pada trigger, atau helper “cooldown”) supaya AC nggak on-off cepat. -
Jika pakai SmartIR + IR blaster, pastikan database kode AC cocok dengan model remote kamu.
Metode #2: Google Home, Alexa, Apple Home (cepat & mudah)
Google Home: Routine dengan sensor & waktu
-
Pastikan sensor suhu & AC/IR sudah muncul di Google Home (via Matter, Tuya, dll.).
-
Buat Routine:
-
When: Suhu di “Ruang Tamu” naik di atas 26°C AND waktu di antara 08:00–18:00.
-
Then: Setel AC ke Cool 25°C.
-
-
Buat Routine kebalikan:
-
When: Suhu turun di bawah 24°C ANYTIME.
-
Then: Matikan AC atau ubah ke Fan/Auto.
-
-
Tambahkan Condition presence (optional): hanya jalan kalau ada orang di rumah.
Tidak semua kombinasi sensor/IR didukung penuh. Kalau mentok, pakai Bridge (mis. SwitchBot Hub 2 ke Google Home) atau pindah ke Home Assistant sebagai “otak”, lalu expose entitasnya ke Google.
Alexa: Routine suhu + presence
-
Pastikan Temperature Sensor terdeteksi Alexa.
-
Routine 1:
-
When: Temperature above 26°C + waktu 08:00–18:00.
-
Action: Turn on AC scene (Cool 25°C).
-
-
Routine 2:
-
When: Temperature below 24°C.
-
Action: Turn off AC atau set Fan.
-
-
Tambahkan Presence: gunakan Motion Sensor atau Alexa Guard (jika tersedia).
Apple Home: Automation suhu + Scene AC
-
Pastikan AC smart/IR blaster & sensor suhu muncul di Home app.
-
Buat Scene: “AC Cool 25” (mode Cool, 25°C, kipas Auto).
-
Automation 1: An Accessory’s Temperature rises above 26°C → jalankan Scene “AC Cool 25” (hanya 08:00–18:00).
-
Automation 2: Temperature drops below 24°C → Turn Off AC.
-
Kombinasikan Presence (When People Are Home) untuk hemat.
Metode #3: Aplikasi Khusus (Tado, Sensibo, SwitchBot, Ambi Climate)
Kalau mau super praktis:
-
Tado/Sensibo/Ambi: punya fitur Climate React—kamu set rentang suhu, aksi saat terlalu panas/dingin, serta jadwal harian.
-
SwitchBot Hub 2: punya sensor suhu internal + otomasi dasar, cocok buat AC IR.
-
Kelebihan: UI rapi, onboarding mudah.
-
Kekurangan: fleksibilitas lebih terbatas dibanding HA; beberapa fitur advanced bisa berbayar.
Strategi Hemat Energi Tanpa Mengorbankan Nyaman
-
Naikkan set point 1–2°C: hemat besar, rasa tetap sejuk jika kelembapan dijaga.
-
Mode Dry di malam hari: kurangi lembap & rasa gerah tanpa mendinginkan berlebihan.
-
Kipas Auto: biar unit menyesuaikan, mengurangi konsumsi tak perlu.
-
Presence & Geofencing: ketika rumah kosong, AC otomatis mati; saat pulang, AC nyala lebih awal (pre-cool).
-
Per ruangan: nyalakan hanya ruangan yang dipakai (zonasi manual bila AC split).
-
Pembersihan filter: 2–4 minggu sekali; filter kotor = boros.
Mendesain Hysteresis & Anti “nyala-mati” terlalu sering
-
Gunakan deadband 1–1,5°C (atau 2°C untuk ruangan kecil/sensor sangat responsif).
-
Tambahkan cooldown time (mis. minimal 10 menit antara perubahan status).
-
Jangan trigger dari pembacaan sensor per detik—debounce dengan menunggu stabil 2–5 menit.
Multi-Ruangan & Zonasi: prioritas ruang & antrian perintah
-
Jika punya beberapa AC dalam 1 lantai:
-
Prioritaskan ruang keluarga/kamar tidur lebih dulu.
-
Hindari menyalakan semua sekaligus (lonjakan beban).
-
Di Home Assistant, buat script queue: kirim perintah IR berjeda 5–10 detik antar unit.
-
Kontrol Kelembapan: mode Dry, kipas, dan sensor RH
-
RH ideal: 50–60%. Terlalu lembap bikin gerah; terlalu kering nggak nyaman.
-
Kalau AC mendukung Dry/Dehumidify, kombinasikan:
-
Siang: Cool (25°C).
-
Malam: Dry (target RH 55–60%), atau Cool 26–27°C + Fan Auto.
-
-
Pertimbangkan dehumidifier terpisah bila daerah sangat lembap.
Tips Penempatan Perangkat & Kebersihan Filter
-
Sensor jangan nempel tembok luar atau terkena matahari.
-
IR blaster harus line-of-sight ke unit AC; jika tersembunyi, gunakan IR extender.
-
Bersihkan filter & sirip AC; cek pembuangan kondensasi tidak mampet.
Pengujian: Logging, uji beban, dan “soak test”
-
Catat suhu target vs suhu aktual setiap 5–10 menit (bisa via HA History).
-
Uji 48–72 jam: pastikan tidak ada siklus on-off cepat.
-
Cek “comfort delta”: apakah penghuni merasa nyaman pada set point itu?
Troubleshooting: 12 masalah paling umum & solusinya
-
AC nggak merespon IR → Cek sudut/halangan IR, perbarui database kode, kecilkan jarak.
-
Perintah dobel → Tambah jeda antar perintah (500–1000 ms), hindari trigger ganda.
-
Sensor “lebay” naik turun → Tambah smoothing/median filter, atur interval update.
-
AC sering on-off → Perbesar deadband, tambahkan cooldown di automation.
-
Suhu target tercapai tapi tetap dingin → Pastikan action “matikan AC” atau turunkan kipas saat <= (target – deadband).
-
Jadwal bentrok → Audit semua automations/routines; gabungkan logika dalam satu tempat.
-
Tidak ada entitas climate → Pakai SmartIR atau integrasi khusus brand AC.
-
Presence tidak akurat → Gunakan multi-sumber (Wi-Fi device tracker + geofencing).
-
Perbedaan suhu antar sudut ruangan → Tambah sensor kedua dan ambil rata-rata.
-
Home app nggak nampilin sensor → Pastikan dukungan Matter/HomeKit/Skill; update firmware.
-
Tagihan tetap tinggi → Naikkan set point 1–2°C, pakai Mode Dry malam, service AC rutin.
-
Automation telat jalan → Kurangi beban jaringan, pakai hub lokal (HA) agar lebih realtime.
Kesimpulan
Kunci jadwal otomasi Smart AC itu sensor akurat + logika yang rapi. Tentukan set point berbeda siang/malam, atur deadband biar kompresor nggak tersiksa, tambahkan presence supaya AC nggak nyala pas rumah kosong, dan kombinasikan Mode Dry saat malam untuk kenyamanan hemat.
Kamu bisa mulai dari solusi simpel (Google/Alexa/Apple Home atau aplikasi khusus), lalu naik kelas ke Home Assistant kalau butuh fleksibilitas maksimal.
Begitu semua beres, AC bakal terasa “pintar”nyala saat perlu, diam saat nggak, dan tagihan pun lebih jinak. Selamat ngebangun otomasi yang benar-benar nurut sama suhu ruanganmu!


