Apa itu RAM Compression di Android dan kenapa penting RAM compression di Android adalah trik kernel untuk memadatkan data memori yang jarang dipakai supaya muat lebih banyak aplikasi tanpa perlu menutup yang lain.
Ibaratnya pakaian dilipat vakum: konten sama, tempatnya lebih kecil. Dampaknya? Multitasking lebih stabil, lebih jarang “reload” aplikasi, dan sistem terasa lebih lega terutama di ponsel dengan RAM 3–6 GB.
Topik yang akan dibahas:
Definisi dasar
RAM compression vs “nambah RAM”
-
Kompresi RAM: memadatkan halaman memori dan menyimpannya di RAM itu sendiri (bukan nambah chip fisik).
-
“Nambah RAM” (Virtual RAM/RAM Plus): bikin swap file di penyimpanan (UFS). Ini bukan kompresi RAM lebih ke meminjam storage sebagai memori cadangan yang jauh lebih lambat.
Istilah inti: page, LRU, swap, dekompresi
-
Page: potongan kecil memori (umumnya 4 KB).
-
LRU (Least Recently Used): daftar halaman dari yang paling jarang dipakai.
-
Swap: memindahkan page keluar dari RAM aktif di Android modern, umumnya ke zRAM (swap yang juga berada di RAM, tapi terkompresi).
-
Dekompresi: mengembalikan page terkompresi menjadi bentuk aslinya saat dibutuhkan lagi.
Komponen utama di Android
Kernel Linux & zRAM (pemeran utama)
Android mewarisi kernel Linux yang mendukung zRAM sebuah perangkat blok virtual di RAM yang menyimpan swap terkompresi. Algoritma umum: LZ4 (cepat) atau LZO (lumayan cepat, kompresi baik). zRAM membuat “ruang ekstra” tanpa menyentuh storage.
zswap (opsional)
zswap adalah cache kompresi di depan backend swap (biasanya storage). Di ponsel, zswap jarang jadi bintang utama karena kita lebih sering langsung pakai zRAM—lebih simpel dan minim I/O ke storage.
lmkd (low memory killer daemon) & PSI
-
lmkd memonitor tekanan memori via PSI (Pressure Stall Information).
-
Saat kompresi + reclaim kurang membantu, lmkd mematikan proses prioritas rendah agar sistem tetap responsif.
Alur kerja langkah demi langkah
1) RAM mulai penuh → tekanan memori naik
Kamu buka banyak aplikasi. Cache dan proses background menumpuk. PSI nunjukkin tekanan memori mulai naik.
2) Kernel memilih halaman “dingin” (LRU)
Kernel punya antrian LRU yang mengurutkan halaman dari paling jarang disentuh. Yang dingin lebih layak dipindahkan/kompres.
3) Kompresi halaman (LZ4/LZO)
Halaman kandidat dikompresi. LZ4 favorit karena sangat cepat—biaya CPU-nya ringan, pas buat interaksi real-time.
4) Halaman dipindah ke perangkat zRAM
Hasil kompresi disimpan ke zRAM (masih di RAM, tetapi padat). Karena ukurannya mengecil misalnya 4 KB jadi ~2 KB efektivitas RAM meningkat.
5) Saat dibutuhkan, halaman didekompresi kembali
Kalau aplikasi balik aktif dan butuh data itu, kernel swap-in dari zRAM dan dekompres. LZ4 membuat proses ini cepat sehingga UI tetap luwes.
zRAM vs zswap vs “Virtual RAM/RAM Plus”
Perbedaan arsitektur dan konsekuensinya
-
zRAM: swap terkompresi di RAM → sangat cepat, tidak mengandalkan storage, cocok untuk ponsel.
-
zswap: cache kompresi di depan swap backend (storage). Masih bisa kena I/O storage, lebih kompleks.
-
Virtual RAM/RAM Plus/Memory Extension: bikin swapfile di storage (UFS). Kapasitas terlihat naik, tapi latensi jauh lebih besar. Ini bukan kompresi; lebih tepat disebut memori ekstensi berbasis storage.
Kapan masing-masing lebih masuk akal
-
zRAM: default terbaik untuk responsivitas.
-
zswap: lebih relevan di server/desktop campuran I/O.
-
Virtual RAM: opsi darurat saat RAM benar-benar sempit, tapi ada trade-off performa & umur storage.
Manfaat nyata kompresi RAM
-
Menahan lebih banyak aplikasi di background tanpa reload.
-
Mengurangi force close karena memori habis.
-
Mempertahankan cache (mis. gambar/list) sehingga scrolling ulang terasa halus.
-
Lebih hemat I/O dibanding swap ke storage, karena semuanya terjadi di RAM.
Dampak ke performa & baterai
Biaya CPU vs manfaat responsivitas
Kompresi butuh CPU, tapi LZ4 dirancang hemat siklus. Umumnya, biaya ini dibayar lunas oleh percepatan UI karena:
-
Lebih sedikit reload activity/fragment.
-
Lebih jarang cold start aplikasi berat.
Profil beban: ringan, sedang, berat
-
Ringan (chat, browsing casual): kompresi jarang aktif, overhead minim.
-
Sedang (multitasking beberapa app, foto, sosmed): kompresi sering menolong, pengalaman stabil.
-
Berat (gaming + recording + pindah-pindah app): kompresi membantu, tapi jika memori benar-benar ketat, lmkd tetap akan menutup proses prioritas rendah.
Kapan kompresi menang, kapan proses harus “dibunuh”
-
Menang ketika banyak halaman dingin yang bisa dipadatkan → lebih banyak app bertahan.
-
Harus bunuh ketika:
-
Halaman tidak mudah dikompresi (data sudah padat/enkripsi).
-
Beban aktif tinggi (game 3D berat) dan dekompresi bisa mengganggu frame time.
-
PSI tetap merah meski zRAM sudah penuh → lmkd turun tangan.
-
Batasan & risiko
-
Tak semua data kompresibel: file media terenkripsi/terkompresi sering tak menyusut signifikan.
-
Fragmentasi & housekeeping: kernel tetap perlu merapikan, ada biaya kecil.
-
Overhead CPU: pada perangkat sangat entry-level, kompresi maraton bisa terasa (tapi masih lebih baik daripada I/O storage).
-
Virtual RAM (kalau aktif): dapat menambah write amplification ke UFS, berpotensi memengaruhi umur storage jika dipaksa terus-menerus.
Implementasi vendor (contoh nyata)
Nama bisa beda, prinsip sama.
-
Samsung – RAM Plus: menambah swapfile di UFS (virtual RAM). zRAM tetap ada di bawahnya untuk kompresi. RAM Plus membuat ruang ekstra, tapi jangan disangka setara RAM fisik.
-
Xiaomi/Redmi – Memory Extension, OPPO/realme – RAM Expansion: konsep mirip—swapfile di storage + zRAM. Efeknya tergantung kualitas UFS dan tuning kernel.
Cara cek di ponsel kamu
Tanpa root (indikasi umum)
-
Ada toggle “RAM Plus/Memory Extension” di Pengaturan? Itu mengaktifkan swapfile di storage (bukan kompresi). Kompresi zRAM biasanya selalu aktif di balik layar, tak ada tombolnya.
Dengan ADB (paling praktis, tanpa root)
-
Aktifkan Developer options dan USB debugging.
-
Sambungkan ke PC/laptop, lalu:
-
Cek swap yang aktif:
Kalau muncul zram0 → kompresi RAM lewat zRAM aktif.
-
Lihat ringkasannya:
-
Detail zRAM:
(Tak semua ROM bawa utilitas ini; jika ada, kamu bisa lihat ukuran, algoritma, statistik kompresi.)
-
Dengan root (paling detail)
-
Intip statistik memory:
-
Lihat algoritma kompresi:
Cara mengoptimalkan—tanpa root
-
Batasi autostart & bloat: nonaktifkan aplikasi yang jarang dipakai.
-
Update aplikasi & sistem: banyak vendor menyetel ulang parameter lmkd/zRAM di update.
-
Jangan berlebihan nyalakan Virtual RAM: jika ponsel sudah 8–12 GB RAM, manfaatnya kecil, potensi latensi/storage wear ada.
-
Tutup game berat sebelum pindah ke kerjaan lain: memberi ruang bagi halaman penting lain supaya tak ketekan.
-
Kurangi widget/overlay yang terus aktif.
-
Cache cerdas: jika aplikasi tertentu sering reload, cek pengaturan internalnya (mis. simpan data offline).
Mitos vs fakta soal kompresi & “nambah RAM”
-
Mitos: “RAM Plus = nambah RAM fisik.”
Fakta: Itu swapfile di storage. Bisa membantu kapasitas, tapi lebih lambat dari RAM asli. -
Mitos: “Kompresi bikin baterai boros.”
Fakta: Ada biaya CPU, tapi sering mengurangi kerja ulang (reload) dan I/O, sehingga totalnya sering netral/lebih hemat. -
Mitos: “Matikan semua aplikasi biar lega.”
Fakta: Android dirancang mengelola sendiri. Menutup paksa justru bikin cold start berulang yang berat. -
Mitos: “Semakin besar zRAM selalu lebih baik.”
Fakta: Terlalu besar bisa menambah overhead. Vendor biasanya sudah men-tune rasio yang ideal.
Kesimpulan
RAM compression di Android (via zRAM) itu seperti punya loker extra di RAM: data yang jarang dipakai dipadatkan supaya lebih banyak aplikasi bisa tetap hidup di background tanpa bergantung pada storage yang lambat.
Dibanding “Virtual RAM”, kompresi jauh lebih responsif, hemat I/O, dan ramah pengalaman harian. Bukan berarti tanpa batas kalau memori super ketat, lmkd tetap bertugas menutup proses prioritas rendah.
Buat pengguna, kuncinya simpel biarkan sistem bekerja, batasi bloat, pakai Virtual RAM seperlunya, dan jaga headroom saat menjalankan beban berat.
Hasilnya: multitasking lebih stabil, lebih jarang reload, dan ponsel terasa lebih ringan tanpa drama.



